Gaya Hidup Sehat Sejak Dini, Bisakah?

Ungkapan ‘Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati’ nyata benar adanya mengingat betapa mahalnya biaya yang harus dikeluarkan saat kita sakit. Sayangnya, tahu saja tak selalu membuat hati kita tergerak untuk melakukannya.

Buktinya, betapa mudahnya kita mendapatkan informasi perilaku hidup bersih dan sehat saat ini. Nyatanya tak semua orang lantas tergerak untuk melakukannya. Contohnya meninggalkan kebiasaan merokok. Berapa banyak informasi yang kita terima tentang bahaya merokok. Bahkan dalam kemasan rokok pun sudah jelas-jelas tertulis bahayanya jika mengkonsumsinya. Tapi nyatanya, masih banyak kita temukan perokok aktif di sekitar kita. Ironisnya, terkadang mereka berada dalam strata sosial menengah kebawah.

Menurut Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi, sekitar 83 persen dana jaminan kesehatan kita ternyata digunakan untuk penyakit-penyakit yang bisa dicegah seperti kanker, stroke, gagal ginjal dan lainnya. (Dikutip dari sini)

Nah, daripada uang yang kita miliki habis untuk biaya pengobatan penyakit-penyakit yang disebutkan diatas yang seharusnya bisa dicegah, ada baiknya kita melakukan pencegahan sejak dini. Mengedukasi anak-anak dan keluarga untuk menjaga kesehatan tentunya jauh lebih baik.

Menjaga kesehatan gigi dan mulut

Kadang orangtua abai dalam memperhatikan kebersihan dan kesehatan gigi anak. Tak hanya karena mereka menganggap bahwa gigi pada anak adalah gigi susu yang akan tanggal dan digantikan gigi tetap, membiasakan anak untuk menggosok gigi apalagi sebelum tidur memang sangat susah. Namun demikian, menjaga kesehatan gigi dan mulut sebaiknya justru diajarkan pada masa gigi susu disebabkan beberapa hal berikut:

  • Masa gigi susu merupakan saat pembentukan gigi tetap didalam tulang. Jika gigi tidak dirawat sejak masa gigi susu, saat terjadi kerusakkan parah pada gigi susu, maka akan mengakibatkan terganggunya proses pembentukan gigi tetap. Hal tersebut tentu dapat mengakibatkan gigi tetap tumbuh tak normal.
  • Mulut merupakan pintu masuk makanan kedalam perut. Jika terjadi gangguan pada mulut, maka bisa dipastikan hal tersebut akan mengganggu kelancaran proses pencernaan.
  • Infeksi yang terjadi pada gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan organ didalam tubuh seperti jantung, paru-paru, ginjal dan lain sebagainya, sebab infeksi yang berasal dari mulut dapat menyebar kedalam organ-organ tersebut yang disebut dengan fokal infeksi. Tak hanya itu, infeksi gigi dan mulut juga akan membuat anak menjadi malas beraktivitas yang berakibat terganggunya proses belajar mereka.

Jadi, pastikan anak menggosok gigi minimal 2x sehari dan datanglah ke dokter gigi rutin 6 bulan sekali untuk pemeriksaan gigi walaupun anak tidak memiliki keluhan gigi apapun.

Membiasakan tidur yang cukup

Tidur cukup penting untuk tumbuh kembang anak. Orang tua harus memastikan anak-anak mendapatkan tidur sesuai dengan kebutuhannya. Tidur cukup membuat anak memiliki keseimbangan yang sehat. Hal ini tentu akan membantu anak-anak untuk tetap dalam kesehatan yang baik dan tetap aktif setiap saat.

Kurang tidur bisa berakibat menurunnya daya ingat, kreativitas dan kemampuan menyelesaikan masalah. Anak yang sering kurang tidur biasanya akan kesulitan untuk berkonsentrasi, impulsif dan lebih mudah emosi.

Edukasi makanan sehat

Hidup sehat meliputi asupan makanan yang dikonsumsi anak, baik makanan berat maupun camilan. Kini, banyak makanan tidak sehat yang terdapat pada jajanan anak-anak yang jual di warung ataupun dijajakan dipinggir jalan. Perasa dan pewarna tekstil sering kali digunakan para pedagang untuk mengeruk keuntungan lebih. Sedini mungkin anak-anak diajarkan untuk mengetahui makanan apa saja yang sehat dan makanan jenis apa saja yang akan merusak tubuh. Edukasi makanan sehat lebih efektif dilakukan dengan cara bercerita. Contohnya orang tua bercerita tentang si Dul yang sakit perut gara-gara jajan sembarangan.

Yuk, bergerak

Berbeda dengan permainan tradisional, permainan modern seperti Playstation dan aneka game lain cenderung membuat anak-anak pasif, individual dan jarang bergerak. Padahal, kegiatan anak-anak seharusnya diisi dengan pengalaman gerak yang banyak untuk menunjang kecerdasan gerak-kinestetiknya di masa-masa pertumbuhan berikutnya yang tentunya akan membantu anak mencapai tingkat perkembangan yang optimal.

Kecerdasan gerak-kinestetik berkaitan erat dengan kemampuan anak menggunakan gerak seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan dan keterampilan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu (Tadkiroatun Musfiroh, 2008:50).

Anak yang cerdas kinestetiknya memiliki kemampuan fisik yang menonjol. Mereka terlihat lebih kuat, lebih lincah, dan cenderung suka bergerak dengan koordinasi tubuh yang baik. Gerakan mereka terlihat seimbang, luwes dan cekatan. Bergerak selain mencerdaskan juga sebagai sarana olah raga. Artinya semakin banyak bergerak, maka anak akan semakin sehat.

Anda ingin mencerdaskan gerakkan si kecil? Beberapa aktivitas berikut bisa menjadi alternatif:

  • Berolahraga. Ajak anak melakukan senam sederhana seperti meliukkan tubuh kesamping kanan dan kiri, membungkukkan badan hingga tangan menyentuh kaki, berlari kecil mengelilingi taman atau ruangan yang lapang dan bersepeda. Alternatif lain yang bisa orangtua pilih yakni dengan menyanyikan lagu pindak lutut kaki lutut kaki dengan mempraktekan gerakannya. Cara tersebut tentu lebih menyenangkan buat anak.
  • Membantu pekerjaan ibu. Libatkan anak dalam aktivitas ibu sehari-hari seperti merapikan tempat tidur, melipat baju atau memecah telur.

4 Cara Membentuk Kebiasaan Baik pada Anak

Kebiasaan sehat yang melekat pada diri anak tentunya bukan hasil instan dan tak bisa tumbuh dengan sendirinya. Anak perlu dibiasakan sejak dini. Membentuk kebiasaan baik laksana memahat patung. Butuh proses panjang dan kesabaran ekstra. Berikut 4 langkah yang bisa dilakukan orang tua untuk membentuk kebiasaan baik pada anak:

Pertama, memberikan fasilitas pendukung yang tentunya harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan dan usia anak. Bila orang tua menginginkan anak rajin menggosok gigi, salah satu cara untuk menarik minat anak untuk senantiasa menggosok gigi ialah dengan membelikan sikat gigi yang memiliki bentuk lucu. Di pasaran kini mudah kita temukan sikat gigi anak yang memiliki tangan dan kaki yang dapat dimainkan.

Kedua, memberi atmosfer “like, know, do”. Hal ini penting mengingat pembiasaan baik dibentuk melalui proses pembelajaran. Dan pembelajaran sukses harus memenuhi 3 hal berikut yakni, afektif, kognitif, dan konotatif. Ranah afektif terkait dengan perasaan suka atau tidak suka, memiliki motivasi tinggi atau rendah, sikap positif atau negatif. Pada ranah kognitif menyangkut pengetahuan, pemahaman, tentang apa dan bagaimana. Sementara, ranah konotatif berkaitan dengan perilaku serta tindakan nyata.

Ketiga, keteladanan. Keteladan ini mutlak adanya, sebab anak belajar dari orang tuanya. Agar anak rajin menggosok gigi menjelang tidur, maka orang tua harus konsisten untuk selalu menggosok gigi menjelang tidur. Orang tua yang memiliki kebiasaan buruk dipercaya akan sulit mengajarkan anaknya kebiasaan baik. Jadi, mulailah untuk membiasakan kebiasaan baik agar anak memiliki kebiasaan baik.

Keempat, beri penghargaan. Beri reward pada anak apabila mereka telah mampu melakukan kebiasaan baik atas kesadaran mereka. Penghargaan tak melulu berupa barang, pujian dan sentuhan hangat pada anak pun mampu memotivasi anak untuk selalu melakukan kebaikan.

Membiasakan dan menerapkan hidup sehat sejak dini tak hanya menyehatkan, juga merupakan salah satu alternatif mencegah berbagai penyakit mematikan dikemudian hari. Pembiasaan tentunya dilakukan dengan cara yang menyenangkan, bukan dengan cara paksaan yang membuat anak enggan melakukannya tanpa pengawasan orang tua.

Referensi:

http://seputargigi.com

Leave a comment