Judul : Titik Nol
Pengarang : Agustinus Wibowo
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbitan Pertama : Agustus, 2013
Harga : 98.000
Halaman : xii, 556
ISBN : 978-979-22-9271-8
Book Blurb
Jauh. Mengapa setiap orang terobsesi oleh kata itu? Marco Polo melintasi perjalanan panjang dari Venesia hingga negeri Mongol. Para pengelana lautan mengarungi samudra luas. Para pendaki menyabung nyawa menaklukkan puncak.
Juga terpukau pesona kata βjauhβ, si musafirmenceburkan diri dalam sebuah perjalanan akbar keliling dunia. Menyelundup ke tanah terlarang di Himalaya, mendiami Kashmir yang misterius, hingga menjadi saksi kemelut perang dan pembantaian. Dimulai dari sebuah mimpi, ini adalah perjuangan untuk mencari sebuah makna.
Hingga akhirnya setelah mengelana begitu jauh, si musafir pulang, bersujud di samping ranjang ibunya. Dan justru dari ibunya yang tidak pernah ke mana-mana itulah, dia menemukan satu demi satu makna perjalanan yang selama ini terabaikan.
***
Nilai perjalanan tidak terletak pada jarak yang ditempuh seseorang, bukan tentang seberapa jauhnya perjalanan, tapi lebih tentang seberapa dalamnya seseorang bisa terkoneksi dengan orang-orang yang membentuk kenyataan di tanah kehidupan.
Lam Li, Oktober 2012.
Lupakan ulasan perjalanan yang sudah umum seperti yang ada di National Geographic ataupun jurnal-jurnal perjalanan lain saat membaca “Titik Nol” karya Agustinus Wibowo ini. Jika yang dibayangkan dari sebuah perjalanan adalah tempat-tempat indah dan segala tetek bengeknya, maka bersiaplah untuk kecewa. Lebih dalam, perjalanan yang dilakukan Agustinus merupakan perjalanan penuh tantangan, tak hanya bermodal kepingan uang juga nyawa kedua!
Titik Nol mengajarkan pada kita tentang arti sesungguhnya sebuah perjalanan. Perjalanan sesungguhnya adalah simbol kebebasan dan kemerdekaan. Salah jika kau anggap kebebasan perjalanan adalah hak universal semua umat, anugerah yang sudah ada dari sananya. (halaman 25)
Buku Titik Nol merupakan paduan antara cerita perjalanan Agustinus Wibowo yang diselipi pengalaman pribadinya saat menunggu sang mama yang terkena sakit kanker di rumah sakit. Detik-detik yang ia lalui seperti detik-detik menunggu malaikat maut itu datang.
Agustinus menulis buku ini dengan sangat apik. Tak akan kita temukan distorsi antara kisah perjalanannya dengan kisah saat-saat ia menunggui ibunya di rumah sakit. Padahal ini dua kisah yang sangat bertolak belakang.
Tak hanya menyuguhkan kisah yang menghentak, foto-foto yang ditampilkan diantara selipan tulisannya betul-betul membuat saya berdecak kagum. Bukan hanya karena keindahannya, juga karena kecerdasannya menangkap beribu makna dalam sebuah gambar. Saya serahkan semua bintang diantara lima bintang yang tersedia.
Jadi penasaran dgn buku ini, sebagus apa π
Top mbak Leyla ^^
wah, covernya bagus sekali π
Dalemnya lebih bagus lagi mbak ^^
Endingnya bikin trenyuh
He..he..
Duh, tambah kemecer pengen baca deh
Tapi harganya lumayan ya huhuhu
Nabung dulu mbak Esti π
he he he pindah kamar …., jujur penasaran banget sama bukunya!
wooww….ini buku sudah kuincar dari kemaren2 mbak tapi belum nemu hiks…. baca tulisan mbak Ika jd ngecess neh….
harus segera dibeli kalo nggak aku bisa kancilen iki hehehe….. π
masuk list buku yang musti dibaca! π
Makasi ulasannya, π
Aku belum baca buku ini …~_~…
Segera..segera keburu ketinggalan sepor ^^
dah baca yang ini dan dah review juga mba…
tapi dua buku lagi masih nyumpet di laci di kamar nih. belum dipegang-pegang.
Jadi ingin baca langsung mbak